berbeda itu indah


Mengapa di dunia maya, banyak sekali pihak yang suka mencari-cari kekurangan agama lain? Salah satunya adalah blog pribadi, yang baru saja saya baca, berisi kupasan tentang asal usul Hari Natal dan Pohon Natal. Kupasannya memang menyertakan alasan dan bukti-bukti atas nama ilmu pengetahuan dan sejarah. Tetapi intinya hanya satu. Ingin memberitakan ke seluruh dunia bahwa Hari Natal itu adalah perayaan kuno bangsa Pagan untuk Dewa Matahari. Bahwa selama ini umat Kristen sudah diperdaya karena tak paham akan sejarah agamanya sendiri.

Bila kita ingin bicara objektif, mari. Coba sebutkan ajaran agama mana yang murni tak terpengaruh oleh perkembangan adat istiadat dan kebudayaan penggagasnya? Kalaupun sejarah Hari Natal itu memang benar seperti itu pun, untuk saya pribadi, tidak ada masalah. Bukan perayaannya yang penting. Bukan tanggalnya juga yang penting. Tetapi pemaknaannya. Apa arti kedatangan Tuhan ke dunia itu, untuk saya pribadi.

Baiklah. Bukan itu yang saya bahas. Terlepas Kristen itu adalah agama saya atau bukan, tetapi buat saya, tindakan mencari-cari kekurangan agama lain itu sangatlah tidak pantas. Sama tidak pantasnya bila saya mengatakan, sangat tidak masuk akal bila ada agama yang menyembah banyak dewa atau anjuran sebuah agama agar perempuan menutup seluruh tubuhnnya padahal cuaca nyata-nyata begitu lembab dan panas. Siapa saya, yang punya hak untuk mengatakan itu semua? 

Mengapa kita selalu sibuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan pihak lain? Apakah kita terganggu bila dunia itu berisi segudang perbedaan? Apa indahnya dunia bila isinya hanya hitam saja atau putih saja. Seperti pelangi, komposisi warna-warni yang tercipta itu nyata-nyata cantik untuk dipandang. Seperti nada, pilihan tinggi rendahnya mampu membentuk simfoni yang nikmat untuk didengar. 

Saat saya masih duduk di bangku SMA, saya punya sahabat-sahabat, yang merupakan manusia-manusia berbagai ras dan agama. Maneesh, seorang India dan beragama Hindu. Yunan dan Robin, orang-orang Chinese yang beragama Budha. Astri, suku Karo yang beragama Katolik. Tati, seorang Batak yang masih keturunan Jerman. Dan masih sederet lagi nama-nama teman yang muslim.

Saya masih ingat, dulu kami berusaha menyisihkan waktu untuk saling berkunjung. Saat Hari Raya Deevapali, kami semua bergerombol datang ke rumah Maneesh, menghabiskan manisan yang bentuknya unik dan luar biasa enak itu. Saat Imlek, berbondong-bondong juga kami datang menghabiskan makanan di rumah Yunan dan Robin, harap-harap cemas akan mendapat angpow. Atau saat lebaran, kami semuanya berkunjung ke rumah Yohanna dan Utari, teman-teman kami yang merayakan. Jangan ditanya saat Natal. Mereka pun beramai-ramai mengucapkan selamat Natal pada saya.

Semuanya berjalan baik-baik saja. Itu pengalaman indah di masa kecil yang sampai sekarang pun masih saya ingat. Perbedaan kami tak membuat kami menjadi musuh. Perbedaan kami justru membuat kami saling melengkapi. Bahkan hingga sekarang, sebagian besar dari kami masih menjaga hubungan baik, Mengapa kita semua tidak bisa belajar seperti itu?

Ada 1 hal lagi yang membuat saya takut, saat membaca blog yang aneh itu. Penulisnya mengaku-ngaku seorang pendidik. Apa maksudnya? Guru? Orang yang menjadi teladan dan panutan bagi murid-muridnya? Begitu mulia. Tetapi untuk saya, orang-orang seperti ini, justru yang sangat mengerikan! Membayangkan orang dengan pemikiran-pemikiran ajaib itu menanamkan gagasannya di benak anak-anak yang seperti kertas putih itu, membuat saya bergidik.

Kalau sudah begini, saya tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Banyak hal di dunia nyata ini, yang memang terjadi jauh di luar kemampuan kita. Mungkin pada akhirnya, semuanya berpulang ke diri kita masing-masing dulu. Tanggung jawab pribadi untuk mencerahkan lingkungan sendiri sebagai langkah awal.

Hari Natal ini bisa jadi sebuah momen yang tepat untuk saya. Bagaimana saya harus mengajar anak-anak saya untuk memahami bahwa ada kerabat dan teman yang berbeda keyakinan. Atau membuat mereka mengerti bahwa perbedaan itulah yang membuat dunia bisa berputar hingga sekarang. Berusaha menjadikan mereka sadar bahwa dengan mencintai orang lain, siapapun dia, berarti kita juga sudah mencintai Tuhan. Karena lewat Natal, Tuhan sudah lebih dulu menyatakan cintaNya kepada manusia.

Semoga kelak, anak-anak saya akan mampu melihat dari kacamata "perbedaan itu indah." Jadi tolong, doakan saya semoga berhasil ya...


Selamat hari natal 2012
semoga damai surgawi meninggalkan jejaknya selalu di bumi


Comments

Popular Posts