raja ampat (4)


Rabu, 30 November 2011

Hari ke-4

Hari ini adalah hari terakhir kami di Raja Ampat. Semua masih bersemangat untuk mengisi hari ini dengan cerita dan perjalanan baru. Awalnya saja sudah menyenangkan, karena saat kami bangun pagi, baru kami sadari pemandangan ini yang terpampang di depan hidung kami. Kapal kami ternyata bersandar di antara gugusan pulau karang ini.

Kami memulai pagi dengan menghirup aroma ikan goreng yang menyeruak memenuhi kapal, tanda waktu sarapan telah tiba. Menu ikan sudah menjadi langganan tetap sejak berada di Raja Ampat dan kami tetap saja tak bosan menyantapnya. Rasa daging ikan yang manis sangat sesuai dipadupadankan dengan sayur bening atau tumis kangkung. Membuat air liur kami menetes bahagia.

Tema acara hari ini adalah mengelilingi Teluk Kabui dengan speedboat. Teluk ini berada di antara Pulau Waigeo dan Pulau Gam.Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat terletak di Pulau Waigeo ini. Sayang, kami tak sempat menyambangi Waisai. Ingin juga melihat langsung seperti apa kehidupan masyarakat Raja Ampat itu. Maklum, 4 hari ini kami hanya berkunjung nyaris ke wilayah-wilayah tak berpenghuni. Perjalanan ke Kabui ditempuh dalam waktu 2 jam. Pukul 09.30, kami pun tiba di Kabui dengan peringatan dari pengemudi boat supaya kami berhati-hati karena arusnya yang sangat deras. Katanya, di teluk ini terjadi pertemuan arus 2 lautan.

Sebenarnya saya sulit menggambarkan perasaan saya saat berada di sini. Speechless! Untuk saya, pemandangannya sangat sempurna.

Gugusan karang-karang runcing yang diselimuti hamparan vegetasi berbaris rapi, seperti mengambang di atas air laut. Terbingkai cantiknya warna hijau laut dan biru langit. Kelompok burung camar terbang rendah di antara gumpalan awan putih yang berserat halus seperti permen kapas. Satu hal lagi yang membuat saya lebih bahagia…tak ada sampah sedikitpun di sana. It’s really beautiful!
Gugusan pulau karang di Kabui ternyata memiliki misteri sendiri karena banyaknya gua di pulau-pulau yang kami lewati. Ada rasa penasaran juga di hati saat membayangkan mungkin ada ratusan stalaktit dan stalakmit di dalam sana.
 
Saat kami melewati gugusan karang tersebut, boat kami berjalan dengan sangat pelan. Air di bawah kami begitu jernih sehingga kami bisa melihat dasar laut dan semua yang berada di atasnya. Tidak perlu snorkeling atau diving! Silakan menikmati semuanya dengan mata telanjang saja! Setiap ada kelokan yang ditempuh boat kami, setiap itu pulalah ucapan kekaguman mengalir keluar dari mulut kami! Benar-benar luar biasa pencipta semua ini. God, U'r so awesome!

Saat kami kembali ke resort di Pulau Mansuar, kami melewati perkampungan nelayan Suku Buton yang membuat rumah dan menjemur ikan-ikan hasil tangkapan mereka di sisi bukit yang memiliki kemiringan 60 derajat. Pemandangan yang unik...

Pukul 13.00 wita, kami tiba di Pulau Mansuar. Panas terik yang menghajar bolak-balik sejak dari Teluk Kabui tidak menghalangi kami untuk menyempatkan diri berenang di pantai yang persis berada di depan kamar resort. Padahal baju dan perbekalan masih menunggu untuk dibereskan tetapi godaan air laut nan jernih itu ternyata lebih kuat memanggil-manggil kami.


Sore, sekitar pukul 16.00 wita, setelah kalap berfoto-foto di depan dermaga Raja Ampat Dive Lodge, akhirnya kami pun harus mengangkat kaki dari sana. Kembali ke Sorong dengan Kapal Marina kami. Saya menikmati saat-saat pulau itu hilang benar dari pandangan sambil bertanya-tanya, kapan saya akan kembali ke sini lagi. Mungkin satu saat nanti.Someday. I wish.

Sebelum tiba di Pelabuhan Rakyat Sorong, kami tetap harus mampir ke Pulau Saunek untuk melapor kepada syahbandar. Senang rasanya melihat anak-anak pulau ini menghabiskan sorenya dengan bermain di pinggir pantai, menikmati laut dan matahari terbenam. Betapa berbedanya dengan anak-anak kota yang menghabiskan sorenya di mall atau di rumah, bermain gadget hingga lupa diri dan lupa lingkungan!

So long, Raja Ampat. I believe God is in the best mood when He created you.

Pukul 20.00, kami tiba di Sorong. Saat Kapal Marina bersandar dan mata kami kembali melihat peradaban, ada kelegaan memenuhi hati karena tiba dengan selamat.Tetapi ada kesedihan juga yang menyelinap karena sepertinya saya kurang lama menjelajahi Raja Ampat. Ditambah lagi, belum adanya kesempatan menjajal pemandangan dalam lautnya dengan menyelam karena memang saya tidak punya license walapun pernah beberapa kali menyelam di daerah lain.

Kami menghabiskan malam dengan menyantap (lagi-lagi) makanan laut di Restoran Seafood Sunshine Beach. Rasanya nikmat luar biasa saat gurihnya udang goreng mayonese, berbagai ikan bakar dan cumi tepung itu berbaur di mulut bersama nasi putih hangat. Berhubung rombongan kami adalah kumpulan keluarga Batak yang doyan bernyayi, seketika itu juga panggung musik langsung dikudeta. Kami semua (mau tak mau) dipaksa turun ke lantai untuk menari bersama. Duh, jauh-jauh ke ujung timur Indonesia, tetap saja lagu yang dinyanyikan lagu-lagu Batak. Jadilah, restauran itu serasa milik pribadi kembali!

Sorong memang menyenangkan! I will never forget this place. Ever.

www.flickr.com/christinsilitonga/photos

Comments

Popular Posts