raja ampat (1)

the beauty of hidden place in Papua

27 November 2011.

Hari ke-1

Satu cita-cita dari zaman dahulu kala akhirnya tercapai juga saat itu. Saya menginjakkan kaki di tanah papua. Senangnya!
Setelah perjalanan melelahkan selama 6.5 jam, akhirnya kami tiba di Bandara Domine Eduard Osok Kota Sorong Provinsi Papua Barat, hari Minggu pagi pk. 08.00 dan langsung disambut pemandangan sapi-sapi yang merumput di halaman parkir bandara.

Kota Sorong adalah sebuah kota kecil. Terkenal dengan atribut peninggalan sejarah Herritage Nederland Neuw Guinea Maschcapeij (HNNGM) di pulau Doom. Sayang, kami tak sempat melihat peninggalan Belanda tersebut karena waktunya tak memungkinkan untuk berangkat ke pulau yang dapat ditempuh 15 menit perjalanan memakai boat. Semoga satu saat nanti, saya bisa menikmati sisa bangunan tua Belanda dan puluhan lorong bawah tanah buatan Jepang pada masa Perang Dunia II di pulau tersebut.
Kami menginap di Luxio Resort. Bukan maksud hati untuk melakukan promosi, namun dengan kondisi rombongan yang didominasi manusia kota metropolitan, penginapan ini cukup memuaskan hati kami. Cukup melegakan sebenarnya, bahwa di kota Sorong yang tak begitu besar dan sangat jauh di timur Indonesia, tersedia sebuah penginapan yang bersihnya luar biasa!

Rombongan kami terdiri dari 33 orang dan semuanya punya pertalian darah. Intinya, dalam struktur kekerabatan orang batak, kami adalah turunan ke-3 dan ke-4 dari silsilah kakek ibu saya. Cukup dibayangkan saja. Tidak usahlah dijelaskan lebih panjang karena pasti rumit dan memakan waktu panjang.

Full team (minus yang mengambil foto) berfoto dengan semangat pagi di depan The Luxio. Lengkap dengan spanduk besar yang dibawa dari Jakarta (niat sekali ya!). Selesai makan siang di Luxio, kami menghabiskan waktu berkeliling kota Sorong. Tujuan pertama adalah Pasar Bozwezen
Sebuah pasar tradisional di tepi pantai, daerah Rufei. Tidak terlalu besar tetapi sangat ramai. Banyak ikan segar yang dijual di tempat ini. Foto di bawah ini adalah foto barisan ikan-ikan asap yang sangat mengundang selera! Berminat?

Dari Pasar Bozwezen, kami ke Puncak Arfak. 

Informasinya, di sini banyak dijual souvenir khas Papua. Karena Sorong kota kecil, harap maklum bila hanya dalam waktu 15 menit, kami pun tiba di sana. Karena letaknya yang cukup tinggi, daerah ini pernah menjadi area mengungsi penduduk di kawasan pantai bila BMKG mengeluarkan peringatan bahaya tsunami.

Souvenir yang dijual cukup beragam, tetapi punya 1 kesamaan. Hampir semua warnanya monokrom, didominasi coklat muda. Barisan koteka-koteka digantung dengan rapi. Tapi yang menarik hati kami, justru topi-topi yang mereka pajang, terutama topi dengan hiasan bulu kasuari di atasnya.
Setelah berhasil mendapatkan minuman segar di tengah teriknya matahari Sorong, kami pun meluncur ke Aneka Batik. Sebuah toko yang menjual batik khas papua. Puas berbelanja (astaga, belanja lagi!), kami pun pulang kembali ke penginapan. Hari itu ditutup dengan makan malam di Sunshine Beach Hotel Tanjung, sebuah restoran di tepi laut.

a nice day in Sorong!

Comments

Popular Posts