unpredictable life (3)

Saat ini, bila saya diberi kesempatan untuk bertanya sesuatu pada Bapak, saya ingin sekali bertanya, "Apa yang sedang Bapak pikirkan?".

Itu adalah kalimat yang sangat ingin saya tanyakan saat melihat kondisi Bapak seperti sekarang ini. Hanya bisa berbaring, diam, tak ada reaksi, mata yang membuka namun hanya melihat ke satu arah dengan pandangan menerawang. Hanya mampu mengangkat tangan kiri sebagai jawaban. Terkadang ada sedikit airmata menggenang di sudut matanya bila ibu saya, atau kami, anak-anaknya, menjenguknya di ICU.

Sebenarnya saya masih punya 1000 pertanyaan untuknya. Apakah dia pernah bertemu dengan malaikat? Pernahkan dia merasa takut dan khawatir? Ataukah ada rasa penyesalan tentang suatu hal? Adakah lagi hal yang ingin dia lakukan tetapi belum sempat dikerjakan? Namun yang pertanyaan yang paling menggoda saya dari semua itu adalah pertanyaan ini. Apa yang sedang kau pikirkan, Pak? Saat terbaring sendiri di tengah malam, menyadari hanya sendirian di ruang ICU, hanya mampu melihat langit-langit kamar dan mendengar suara mesin ventilator? What r u thinking, dad? Have u ever had a dream about us? Or do u really wanna leave us now and go to heaven immediately?

Ini adalah hari ke-125, beliau terbaring di rumah sakit. Saat ini, Bapak sudah kami bawa kembali ke Indonesia. Dokter di Singapore sudah menyerah dengan kondisi Bapak yang bolak-balik masuk ICU. Terlebih Bapak pun sudah ingin sekali pulang ke Indonesia. Beliau sudah tidak merasa nyaman lagi, tinggal terlalu lama di negeri tetangga dengan deretan orang-orang asing yang merawatnya.

Tanggal 20 Agustus, tepat 2 bulan Bapak dirawat di Singapore, kami pun akhirnya membawa Bapak kembali ke Indonesia. Setelah melewati argumentasi yang panjang, diskusi, acara browsing sana-sini hingga menelpon teman-teman yang berprofesi dokter untuk mencari informasi medis, akhirnya kami pun sepakat membawa Bapak ke RS Cikini Jakarta.

Sekarang, Bapak sudah lebih dari 1 bulan dirawat di Jakarta. Kondisinya tidak membaik bahkan mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pengalaman di Singapore pun terulang lagi di sini. Saat Bapak sudah membaik di kamar perawatan, mendadak kondisinya shock kembali hingga harus masuk ICU. Dan kini, Bapak sudah kembali masuk ICU untuk yang ke-3 kalinya.

Semua dokter mengatakan bahwa Bapak mengalami sepis. Adanya infeksi di paru-paru. Bukan dari jantung karena ternyata jantung Bapak setelah menjalani bypass, sehat dan stabil. Namun yang paling membuat Bapak down adalah ketidakmampuannya untuk berbicara. Setelah tracheostomy (operasi pelubangan trachea untuk jalan nafas) di Singapore, Bapak tidak mampu lagi untuk berbicara. Saat beliau masih bisa berkomunikasi, bolak-balik dia menuliskan kalimat ini di kertasnya: "Tolong supaya saya bisa bicara."

Beliau menyodorkan kertas ini pada saya dengan pandangan mata mengharap. Saya menerimanya dengan perasaan campur aduk. Saya tahu bahwa saya tidak akan mampu mengabulkan permintaannya. Dokter mengatakan bahwa menutup lubang ex. tracheostomy itu tidak dapat dilakukan. Karena hanya melalui trakea saja, satu-satunya usaha sedot untuk mengurangi sputum Bapak dapat dilakukan...

Saya sedih luar biasa! Bahkan di hari-hari penderitaannya, saya tidak mampu memberikan apa yang menjadi keinginannya. Benar-benar anak tak berguna!

Kini setiap kaki saya melangkah masuk ke ruang ICU, melihat kondisi Bapak yang sudah seperti itu di ranjangnya, rasa pedih menggerogoti hati saya yang terdalam. Saya benar-benar merasa tak berdaya!

Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Tetapi satu hal yang saya yakini, bahwa ada janji tentang kedamaian kekal yang akan menanti Bapak. Life after life. Itu cukup menenangkan saya. Bayangkan, apa artinya hidup saat ini, bila setelah ajal menjemput, jiwa orang-orang yang kita kasihi itu terhilang? Selesai begitu saja? Seperti embun di siang hari. Lenyap tak berbekas! So sad!

Keyakinan bahwa telah tersedia tempat di Surga yang indah untuk Bapak, itu meringankan perasaan saya. Terlepas dari perdebatan orang mengenai ada-tidaknya surga, pengalaman kami yang akrab dengan rasa tak berdaya selama 125 hari, telah membuktikan bahwa jelas sekali ada satu Kekuatan lebih besar, yang mengatur segala sesuatunya!

Life is unpredictable. Still a mystery. Sampai saat ini pun, saya tak tahu bagaimana akhir dari kisah saya ini. Apa, bagaimana, mengapa.

Please God, give us a strength to stand today...


Comments

Popular Posts