unpredictable life (2)

Tepat tanggal 20 Mei 2010, kami memberangkatkan Bapak ke RS. Mount Elizabeth Singapore dengan pesawat khusus (SOS) untuk membawa orang sakit kritis. Bukannya kami tidak percaya dengan kepintaran dokter di Indonesia, tetapi karena dokter di RS. Medistra tidak bisa memberikan tindakan yang cukup cepat. Kami diharuskan menunggu 2 minggu lagi untuk memantau perkembangan Bapak. Bila dalam 2 minggu ternyata ada kemajuan, dokter baru berani melakukan EKG jantung, persyaratan awal untuk melakukan bypass. Menyadari bahwa kami bukanlah keluarga yang se-sabar itu, akhirnya kami sekeluarga pun sepakat membawa Bapak ke Singapore.

Tiba di Singapore, 2 hari kemudian, Bapak pun melakukan EKG. Dokter Philip Tong memberikan penjelasan bahwa telah terjadi penyumbatan 100% di jantung Bapak. Tidak ada tindakan lain yang dianjurkan selain operasi bypass!

Saat itu, kami semua pun menyiapkan waktu dan menyempatkan diri untuk datang ke Singapore, menemani Ibu kami dan menyiapkan mental Bapak menghadapi operasi ini. Setelah dirawat di Mount E, Bapak memang terlihat jauh lebih membaik. Kesadarannya membaik dan dapat diajak komunikasi.

Jumat, 4 Juni 2010, pukul 08.00 waktu Singapore, Bapak menjalani operasi bypass. Puji Tuhan, operasi yang memakan waktu 5 jam itu berjalan lancar. Pukul 13.00, Bapak sudah masuk ke kamar ICU kembali. Namun tepat pukul 14.00, tiba-tiba masuk sms dari adik saya, Yoseph, yang sedang standby di rumah sakit. Isinya: Bapak pendarahan! Saya, yang saat itu sedang mencari makan siang untuk ale, anak saya, langsung pusing mendadak! Ada apa lagi ini, Tuhan?

Di ruang tunggu ICU, semua keluarga sudah lengkap. Ibu saya terlihat sangat takut. Bapak sudah dibawa ke ruang operasi lagi untuk operasi ulang. Kami pun akhirnya sepakat untuk berdoa bersama. Di ruang tunggu ICU itu, kami berdoa dan bernyanyi. Tidak peduli lagi dengan kondisi sekitar. Biarlah, yang penting Tuhan jatuh iba dan memberi pertolonganNya untuk Bapak. Finally, pukul 15.00, dokter keluar dan memberitahukan bahwa Bapak sudah baik-baik saja. Thank u, God.

Saya ingat sekali, 1 hari sebelum operasi, Bapak bertanya apakah operasi bypass memang solusi yang terbaik? Karena bila tidak, itu akan sangat membuang biaya. Anak-anak serempak meyakinkan beliau bahwa everything's gonna be alright. Bahwa setelah operasi, dahak di paru-parunya akan hilang dan batuknya yang sangat mengganggu beliau itu pun akan sembuh!

I wish everything could be that simple! Ternyata, seminggu setelah operasi, tiba-tiba Bapak shock. Saat itu, beliau sudah pindah ke kamar perawatan biasa. Sudah bisa diajak bicara. Sudah terapi jalan dan duduk, walaupun harus cuci darah sesekali. Kami sudah membeli piyama dan sandal baru untuknya. Sudah bersiap-siap membawa kursi roda ke Singapore dengan rencana membawa Bapak berjalan-jalan di sekitar RS untuk menikmati sinar matahari pagi. But finally, pagi itu kondisi Bapak tiba-tiba memburuk dan akhirnya Bapak kembali masuk ICU.

Dear God
, rencana kami memang bukan rencanaMu...

Comments

Popular Posts