gong xi fa cai

Besok hari Minggu, tanggal 14 februari 2010. Bukan sekedar hari Minggu. Untuk saya, besok itu punya 3 arti. Yang pertama, itu hari ulang tahun Steffan, keponakanku yang tersayang. Kedua, itu hari Valentine dan yang ketiga, itu Hari Raya Imlek 2561.

Sebenarnya tidak ada niatan saya untuk menulis apa-apa tentang hari besok. Awalnya, cuma karena browsing di uncle google untuk mencari tahu makna Imlek, karena saya ingin mengucapkan selamat Imlek melalui facebook, tak sengaja saya membaca blog ini:

Mengirim sms imlek yang berisi ucapan selamat merayakan tahun baru imlek adalah perbuatan terlarang. Kita tidak boleh mengirimkan ucapan selamat tahun baru imlek dalam bentuk apapun. Tidak perlu latah ikut-ikutan merayakan tahun baru imlek maupun menulis sms imlek karena imlek adalah budaya orang kafir, dan kita tidak boleh meniru adat istiadat orang kafir yang bertentangan dengan ajaran agama. Jadi, saya sarankan agar tidak perlu mengirim sms imlek pada siapapun.

Selama ini saya memang tahu bahwa ada segolongan orang tertentu yang menganggap berkomunikasi, dalam bentuk ucapan selamat hari raya, dengan pihak yang berbeda paham itu terlarang. Tetapi melihat hal tersebut ditulis langsung dan dapat dibaca oleh semua orang, cukup membuat saya terkejut.

Ternyata banyak sekali blog dan tulisan di dunia maya yang membahas tentang masalah ini. Adanya perbedaan konsep di sini, saya sebut perbedaan, karena ternyata walaupun sepaham dan sealiran, namun banyak juga yang berbeda pendapat dalam menyikapi masalah ini.

Saya tidak ingin menambah panjang perdebatan itu. Karena saya yakin, bila sudah menyangkut makna 'kebenaran' itu, semua orang akan bersikeras mengatakan bahwa mereka yang paling 'benar' dengan dalih sumber-sumber ajaran yang mereka yakini juga mutlak kebenarannya.

Sebenarnya apa arti 'kebenaran'?

Kebenaran itu akan selalu hadir bersama hal yang dianggap salah (kesesatan). Seperti 2 sisi mata uang. Menurut Bertrand Russell (The Problems of Philosophy), dalam sejarah kehidupan, dualisme ini tidak akan pernah terpisahkan karena nilai kebenaran akan selalu hadir berdampingan dengan hal yang dianggap sesat. Maka akan muncul pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab. Saat keyakinan-keyakinan yang keliru itu dipegang teguh, sebagaimana keyakinan yang benar, bagaimanakah kita dapat membedakannya dengan keyakinan-keyakinan yang benar?

Mencari makna kebenaran adalah suatu proses berpikir bagi manusia. Seperti ungkapan bijak Descartes, Cogitu ergo sum (aku berpikir karena itu aku ada!). Manusia itu eksis bila dia bertanya, lalu berpikir dan mencoba mencari jawabannya. Mencari jawaban berarti mencari kebenaran, termasuk mencari jawaban tentang Tuhan.

Yang menakutkan adalah saat proses berpikir kita telah selesai. Berhenti di satu titik karena melihat sesuatu objek yang cukup mapan untuk diyakini. Saat keyakinan kita akan sesuatu hal pelan-pelan berkembang, maka tanpa disadari, akan terhenti pula proses pencarian jawaban kita. Tidaklah mengherankan bila kemudian para filsuf berseru, keyakinan itu seperti penjara. Memberangus kebebasan berpikir!

Ada beberapa pendekatan filsafat yang berkembang mengenai arti kebenaran. Bahwa sesuatu itu dianggap benar bila bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari (teori pragmatis). Di sisi lain, ada yang meyakini bahwa kebenaran itu ternyata tidak ada hubungannya dengan fakta tetapi lebih pada keterkaitannya dengan keputusan sebelumnya yang juga dianggap benar (teori konsistensi). Itu pun ada yang membantah dengan mengatakan bahwa sesuatu itu benar kalau hanya dapat dibuktikan secara ilmiah dan dapat diuji melalui metodologi ilmiah (teori positivisme). Nah! Dari keadaan ini saja sudah terlihat bahwa kebenaran itu bukan milik satu golongan saja karena '"artinya" ternyata cukup beragam!

Banyak pemikir yang kemudian melihat kebenaran agama melalui pendekatan pragmatis karena menganggap agama mempunyai nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intinya, bila melihat kebenaran dalam ajaran agama, lihatlah nilai-nilai yang diberikannya. Apakah bermanfaat? Apakah membuat hidup manusia menjadi lebih baik? Lebih tenang? Lebih bahagia? Mampu membuat manusia menerima begitu banyak ketidakadilan yang terjadi dalam hidup? Dapat menjadikan manusia bisa berdamai dengan diri sendiri dan orang lain? Bila jawabannya 'ya', maka kita bisa berasumsi bahwa ajaran itu 'benar'.

Saya yakin, seyakin-yakinnya, bahwa semua ajaran agama itu memberikan hal-hal positif bagi manusia terutama untuk membuat bumi ini menjadi lebih damai. Karena itu, saya dapat katakan bahwa agama adalah kebenaran. Namun bagaimana saya menangkap 'nilai kebenaran' itu, sangatlah mungkin ditentukan oleh seberapa besar 'nilai dan kualitas pengetahuan' yang saya miliki.

Mengapa? Karena kebenaran itu tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri (Jujun S.Suriasumantri). Akibatnya, setiap subjek yang memiliki pengetahuan pasti akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang lainnya tentang makna kebenaran itu. Karena itu tidaklah aneh bila banyak orang, walaupun satu keyakinan, namun memiliki pengertian yang berbeda tentang sesuatu hal.

Terlepas dari masalah apakah memberi ucapan selamat itu termasuk halal atau haram dalam keyakinan saya, tetapi untuk saya pribadi, ucapan memberi selamat hari raya bagi pemeluk agama lain tidak ada hubungannya dengan keyakinan. Itu hanya aplikasi bentuk penghormatan saya pada sesama, yang juga diciptakan Tuhan, dan punya hak serta kewajiban yang sama dengan saya di bumi ini.

Saya tidak lebih tinggi, tidak lebih baik, tidak lebih pandai, tidak lebih hebat. Masalah bagaimana kadar cinta Tuhan pada saya, itu urusan saya dan Tuhan. Bila saya mampu mencintai sesuatu Zat yang tidak kelihatan, bagaimana mungkin saya tidak mengasihi manusia yang jelas-jelas terlihat di depan hidung saya! Namun tentu saja, lagi-lagi ini adalah 'kebenaran' versi saya. Orang bisa saja mendebatnya. Tidak ada yang mutlak kan?

Untuk teman-teman yang merayakan Imlek, saya ucapkan Gong Xi Fa Cai. Wishing u a prosperous new year with lots of happiness. Wan se ru yi, sen thi cien khang!


Comments

Popular Posts