think positive!

Hati saya sedang terharu biru ini. Biru benar, bukan merah, kuning atau hijau. Maksudnya, bukan pura-pura terharu. Saya tadi baru saya melihat tayangan sebuah tv nasional yang menampilkan seorang perempuan (kayaknya sih seumur saya) yang menderita lupus dari kecil. Badannya mungil sekali dengan bentuk badan yang tidak proporsional, seperti manusia dewasa pada umumnya.

Yang benar-benar menyentuh hati saya itu, bagaimana perempuan itu bisa tersenyum menceritakan keadaannya sambil berkata," Saya yakin, tubuh ini hanya persinggahan sementara. Tuhan itu baik. Dia pasti sudah menyiapkan tubuh yang sempurna untuk saya di surga."

Lalu dia menjelaskan bahwa dia memang pernah mengalami masa-masa sulit menerima kondisinya, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk mencoba menikmati hidup yang dianugerahkan Tuhan padanya. Dia berolahraga, liburan dan bersosialisasi. Hingga akhirnya dia menemukan talentanya, yaitu mampu berbahasa Inggris tanpa sekolah atau kursus.

Mungkin bagi sebagian besar orang, bila dihadapkan pada kondisi seperti itu, akan marah pada Tuhan dan merasa hidup sangat tidak adil. Why, God? Pasti inilah pertanyaan yang paling sering dilontarkan. Saya berandai-andai, bagaimana kalau itu saya? Apakah saya bisa bersikap positif seperti itu juga? Saya tidak tahu. Tapi terlepas dari situ, jujur saja, saya mengaku bahwa bila orang-orang yang hobby berpikir negatif di seluruh dunia ini dikumpulkan, maka sudah pasti wajib hukumnya untuk saya ikut dalam barisan. Bukan berpikir negatif pada orang tetapi lebih pada diri saya sendiri.

Saya punya sejuta keinginan. Tetapi bila ada yang tidak tercapai, maka saya cenderung akan menyalahkan diri saya sendiri. Merasa diri kurang mampu atau menyalahkan kesempatan yang sepertinya tidak pernah berbaik hati singgah untuk saya. Ibarat skala, kalau sudah begitu, saya suka merasa ada di titik nol. Itu keadaan paling hina dina sekali buat saya. Ibarat kasta, saya merasa jadi sudra. Padahal, mungkin itu hanya perasaan saya saja ya. Belum tentu orang akan melihat saya dan kegagalan saya itu dengan cara seperti saya memandang diri saya. Ya kan?

Apakah saya bisa seperti perempuan itu, tersenyum, tidak menyalahkan siapa-siapa dan mampu memotivasi diri sendiri?

Jika saya diberi kesempatan untuk memperoleh 3 keinginan, maka salah satunya, adalah saya ingin diberikan hati seperti hati perempuan penderita lupus itu. Ada teman yang berkata bahwa sebenarnya dalam hati setiap orang, ada hati yang positif dan mental seperti baja. Tinggal masalahnya, apakah orang itu mau menampilkannya ke permukaan? Mau menjadikan itu sebagai acuan dalam menghadapi berbagai masalah hidup? Jangan sampai, kita diberi pengalaman hidup yang menyakitkan dahulu, baru hal-hal itu bisa 'dipaksa' keluar dari dalam diri kita (aduh, teorinya rada menyeramkan).

Intinya, saya ingin sekali menjadi orang yang positive thinking. Yang berpikir bahwa apapun yang terjadi dalam diri saya, pasti ada hikmahnya. Yang tidak mengubah peribahasa 'bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian' menjadi 'bersakit-sakit dahulu, mati kemudian' (ini kalimat yang sempat menjadi semboyan saya dulu loh sewaktu masih kuliah). Yang bisa menerima keadaan saya seperti apa adanya.

Bukan berarti saya tidak ada ambisi atau cita-cita, tetapi bila suatu saat, 1 cita-cita saya itu, di antara 1 juta cita-cita yang lain, tidak berhasil, gagal, amblas, kandas, nol, saya bisa lebih menerima. Bisa introspeksi dan bangkit lagi untuk mengerjakan cita-cita lain saya yang masih ada 999.999 buah itu.

Seperti yang pernah saya baca, bahwa perbedaan pecundang dan pemenang adalah pada saat mereka mengalami kekalahan. Ketika kalah, tipe pemenang akan tetap mencoba bangkit lagi dan berupaya terus untuk menang. Mudah-mudahan ya. Soalnya, seperti anak TK juga tahu, berbicara (menulis?) itu lebih gampang daripada melakukan. Nah!

Well, Tuhan memang adil. Walaupun perempuan, yang saya ceritakan di atas tadi, bertubuh tidak sempurna, tetapi ternyata hati yang diberikan Tuhan padanya, sangat...sangat sempurna!

Comments

Anonymous said…
Setuju bgt.. Kunci kebahagiaan adalah bersyukur atas kelebihan dan kekurangan yg kita miliki.. Dan gimana caranya agar semuanya itu bisa bermanfaat jg bagi orang2 disekitar kita, serta membangun diri fisik (keluarga, karier, persahabatan) maupun non-fisik (bertumbuh dalam iman, kepercayaan diri, dll)

Popular Posts