selamat damai

24 desember 2008
16.42 wita

Malam Natal.
Saya sedang beribadah dalam sebuah gereja di kuta, Bali.
Suara puji-pujian yang berirama pun memenuhi ruang.
Saat itu matahari sedang beranjak turun.
Sinarnya lembut menyentuh kaca-kaca gereja.
Warna biru, kuning, dan jingga pun bersusun-susun memenuhi langit di atas Bali.
Saya menghirup dalam-dalam udara berbau laut yang menyeruak masuk.
Sungguh, suasana yang tidak akan bisa saya dapatkan di sudut manapun di belahan kota Jakarta.

Gereja itu berhadap-hadapan dengan sebuah pura.
Hanya dipisahkan oleh sebuah jalan kecil yang hanya bisa dilalui satu mobil saja.
Skala ruangnya terasa begitu dekat, begitu akrab.
Sesaat sebelum saya masuk ke dalam gereja tadi, terlihat jelas dari halaman gereja, beberapa orang yang sedang hilir mudik di halaman pura, mungkin sedang menyiapkan sesajen atau akan bersembahyang.

Tiba-tiba terdengar suara adzan yang mengalun.
Datang dari sebuah mesjid yang letaknya persis di sebelah gereja.
Suaranya begitu jelas, mengingatkan orang-orang untuk segera menyiapkan diri untuk bersujud di hadapanNya.

Suara adzan pun bercampur dengan gema puji-pujian.
Dua alunan yang begitu berbeda itu pun menyatu, bersama-sama memuji Sang Khalik, Pencipta Langit dan Bumi,
mengiringi gugurnya bunga-bunga kamboja di halaman pura akibat hembusan angin laut.
Kemilau matahari yang terbenam pun ikut memberi sentuhan akhir yang begitu agung.
Suasana yang tercipta terasa sangat mistis untuk saya.
Saat itu, saya sangat yakin, bahwa pintu-pintu surga sedang terbuka dan para malaikat pun sedang terdiam, seperti saya, mencoba menikmati keindahan suasana dan iramanya.

Mata saya pun hangat dan hati saya begitu hening.
Terharu karena kedamaian terasa sangat berpendar-pendar di sini.

Satu doa yang saya panjatkan di malam Natal ini,
agar kedamaian seperti itu bisa saya temukan di tempat lain,
agar cinta manusia kepadaNya satu saat mampu memaklumkan perbedaan dan memadamkan perselisihan yang ada.

Selamat damai,
Selamat Natal dan Tahun Baru.

Comments

Popular Posts