selamat jalan, bunny...
Bunny Pendi meninggal.
Bunny ini
seekor kelinci peliharaan anak-anak saya. Saat anak saya berulang tahun ke-6,
dia mendapat hadiah kelinci dari tukang sulap. Kelinci betina yang bulunya
putih bersih. Nama depan adalahpemberian anak pertama saya sementara
anak kedua saya yang memberikan nama belakangnya. Ini akibat ketidaksepakatan
mereka tentang pemberian nama kelinci itu. Saya juga tidak habis pikir apa yang
menginspirasi mereka saat memilih nama-nama itu.
Seminggu pertama, Bunny
berkeliaran di dalam rumah kami. Rumahnya hanyalah kotak kardus berukuran besar.
Maklum, saya belum sempat membeli kandang yang layak untuk dia. Tapi ternyata,
ketinggian kardus itu tak menghalangi Bunny untuk melompat keluar dan memilih
bersembunyi di sudut-sudut ruangan.
Kadang, saat tak awas dalam melangkah, nyaris
beberapa kali kami hampir menginjak Bunny. Keramik lantai yang berwarna putih itu
benar-benar menyamarkan keberadaan dirinya yang sedang duduk-duduk di tengah
ruangan.
Sebenarnya, dari awal saat
menerima kelinci itu, saya sedikit ragu apakah kami bisa memelihara kelinci.
Saya takut, kami tak cukup handal secara pengetahuan dan pengalaman untuk
menjamin keberlangsungan hidup seekor kelinci. Tapi anak-anak saya begitu
bersemangat menerima Bunny di rumah kami sehingga akhirnya saya memutuskan
untuk tak ada salahnya mencoba memiliki hewan peliharaan.
Konsekuensinya? Terpaksa, saya jadi sibuk mencari informasi di internet perihal cara memelihara kelinci, makanan kelinci hingga informasi lokasi penjualan kandang kelinci yang murah meriah. Lumayanlah,
setidaknya saya punya tambahan pengetahuan tentang kelinci sekarang. Kami juga mau tak mau wajib memberi perhatian padanya sekarang. Sedang apa Bunny? Sudah makan belum?
Apakah dia suka dengan makanannya hari ini?
Tetapi setelah Bunny masuk
kandang khusus kelinci yang terbuat dari besi, dia sepertinya tidak terlalu
gembira. Mungkin stress ya? Yang awalnya terbiasa lari kesana kemari, sekarang
hanya punya ruang berukuran 60x50x43 cm yang dicat warna ungu tua. Kami juga
membelikan dia makanan siap saji khusus untuk kelinci, lengkap dengan
vitaminnya. Tetapi sayang, sepertinya Bunny tidak suka. Makanan itu nyaris tak
tersentuh olehnya.
Hingga kemarin malam, saat kami
pulang ke rumah dan hendak bersiap-siap tidur,
tiba-tiba Asisten Rumah Tangga saya berteriak dari halaman belakang. Memberi
tahu bahwa Bunny sedang sekarat. Saat kami mendapatinya, Bunny sudah meninggal...
Saat itu sudah pukul 22.30 wib
tetapi tak menghalangi kami mengadakan upacara pemakaman untuk Bunny di halaman
depan rumah. Anak-anak saya menangis sesenggukan dengan histerisnya. Mereka
sedih sekali karena tidak akan berjumpa lagi dengan Bunny. Saya sampai takut para
tetangga mendengar tangisan mereka dan berpikir anak-anak saya sedang
disiksa karena begitu horornya suara tangisan mereka! Dan demi menghibur
hati anak-anak, akhirnya saya pun memimpin doa untuk Bunny. Di tengah kegelapan, di
bawah bayang-bayang pohon cemara, dan gigitan nyamuk yang sadis, kami pun berdoa
semoga Tuhan melindungi jiwa Bunny!
Saya merasa iba, geli bercampur
haru saat melihat tangisan anak-anak saya. Baru kali ini, saya melihat perasaan
kehilangan yang begitu besarnya dari wajah mereka. Mengingatkan saya akan
perasaan kehilangan karena ditinggal keluarga atau orang terdekat. Pasti
rasanya begitu nelangsa! Yah, setidaknya sekarang mereka sudah mempelajari 1
hal tentang warna-warni hidup.
Tangisan mereka masih dibawa
hingga ke tempat tidur. Dan lagi-lagi, demi untuk menenangkan hati mereka, saya
memilih tidak langsung tidur tetapi memberikan mereka kesempatan untuk
membicarakan Bunny dari hati ke hati. Awalnya berjalan lancar. Saat mereka
menanyakan Bunny sekarang ada di mana, saya menjawab, roh Bunny sekarang
bersama Tuhan. Tetapi kemudian mereka membantahnya. Alasannya, Guru Sekolah
Minggu mengatakan bahwa binatang tak punya roh. Sempat saya terdiam. Bingung menjawab
apa. Bila saya menjawab yang sebenarnya, pasti tangisan dan airmata mereka
bakal malah menjadi-jadi.
Akhirnya saya bilang bahwa roh
binatang memang tidak punya tempat di Surga. Roh Bunny itu masuknya ke Surga
Kelinci. Di sana, semua kelinci hidup bahagia karena punya banyak teman. Tempatnya penuh dengan makanan dan mainan. Sekali lagi, anak saya bertanya dengan sisa lelehan airmata di pipi. Seperti apa bentuk mainan kesukaan kelinci
di Surga itu, Bunda? Duh!
Rest In Peace.
Bunny Pendi.
Minggu, 12 Agustus 2012.
Comments