ahok: pemimpin yang tak santun

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok sedang dicaci sejagad raya. Sebabnya? Karena beliau menghamburkan kata-kata makian dalam wawancara Kompas TV yang disiarkan live pada 17 Maret 2015. Ahok marah, merasa upayanya menentang korupsi yang berurat akar di Jakarta itu disandung. Host pun terlihat gerah dan salah tingkah mendengar jawaban-jawaban Ahok serta bolak-balik mengingatkan bahwa mereka sedang live.

Masyarakat terperangah. Sosial media geger. Sebagian membela. Sebagian meradang. Yang membela menyatakan itu memang makian yang pantas untuk koruptor. Yang meradang, bersuara atas nama azas kepatutan. Anggota DPR RI (fraksi Golkar), Tantowi Yahya lantang berucap kalau Ahok melanggar etika sopan santun warga Indonesia yang ketimuran dan dikenal beretika (www.news.detik. com tertanggal 19 Maret 2015: Tantowi Ingatkan Ahok: Ucapan Kasar Bisa Ditiru Anak-Anak).

Ahok melanggar etika?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Frans Magnis Suseno (1987) juga berpendapat bahwa etika adalah sebuah ilmu. Bukan ajaran. Etika bertugas mengkritisi norma hidup manusia.

Lalu di mana posisi santun? Menurut Sonny Keraf (2000), sopan santun adalah norma yang mengatur tata cara lahiriah manusia dalam bergaul. Itulah etiket. Masalahnya, banyak yang merancukan antara etiket dan etika. Karena itu, wajar bila seorang anggota dewan yang terhormat salah bermaksud. Harap maklum.

Menariknya, menurut Keraf lagi, walau norma sopan santun dipakai untuk menilai pribadi seseorang, tak lalu serta-merta dapat dijadikan variabel untuk menilai moral orang tersebut. Adalah norma moral yang menilai sikap moral. Tak ada hubungan dengan sikap lahiriah, seperti cara bicara atau cara berpakaian tetapi terkait tanggung jawab, keadilan, kesetiaan dan yang sejenisnya. Kita cenderung mengira orang santun itu bermoral atau orang bermoral pastilah santun. Tak heran, kita panik saat melihat seorang Ahok tak sesuai dengan perkiraan kita.

Saya sendiri tak setuju dengan pemilihan kata-kata Ahok. Tak pantas tentu saja, terlepas siapapun dia, untuk berkata kasar. Di depan atau di belakang publik. Ahok memang melanggar norma etiket. Namun jika ingin konsisten bicara melalui kacamata norma, kita harus juga mengakui bahwa tak ada norma moral yang dilanggar. Upayanya agar penduduk DKI Jakarta menerima hak tanpa direduksi, semangat menciptakan birokrasi baru dan bersih dengan memberi kesempatan PNS muda maju memegang jabatan, hingga usaha menjaga pemakaian anggaran di Pemprov DKI berjalan tepat sasaran dan tak menjadi lahan korupsi, semuanya itu dalam konteks norma moral. 

Sah-sah saja bila ada pihak yang tak mempercayai sikap moral Ahok dan menuduh "ada udang di balik kwetiauw" untuk semua kebijakannya. Waspada memang perlu. Tapi tak usah paranoid karena saya percaya, waktu akan membuktikan semua ucapan dan kinerja beliau. Nyata atau sekedar jargon. Sama seperti waktu yang telah membuktikan kepemimpinan 2 periode-nya Sutiyoso ternyata hanya mewariskan Jakarta yang "babak belur".

Karenanya, saya lebih melihat makian Ahok itu sebagai ungkapan rasa frustasi. Tentu berbeda makna dengan makian anggota DPRD DKI yang jelas-jelas ditujukan kepada Ahok pada 5 Maret 2015 kemarin. Buat saya, makian Ahok adalah ekspresi kemarahan karena merasa dipermainkan dalam APBD DKI 2014. Ekspresi kekecewaan karena upayanya mengefisiensikan anggaran melalui sistem yang  transparan dijegal DPRD DKI. Ekspresi yang (sayangnya) melanggar norma sopan santun tapi (untungnya) tak menyinggung norma moral.

Tentulah, bila diharuskan memilih, lebih baik saya dipimpin pemimpin yang tak santun tapi bermoral ... daripada pemimpin yang belagak santun tapi tak bermoral. Anda?

Lalu, apakah bila seorang tak santun, dia tak layak juga menjadi pemimpin?

Untuk saya, karakter kasar serta kemampuan kepemimpinan adalah 2 hal berbeda [walau banyak opini yang mengaitkan 2 hal tersebut]. Ali Sadikin, yang disebut-sebut sebagai pemimpin terbaik Jakarta yang pernah ada di dunia, masuk kategori orang berkarakter kasar. Bila marah, bicaranya tak pernah santun karena suka membawa seisi kebun binatang. Teman baik saya pernah bercerita, salah seorang keluarganya, yang bekerja dengan Ali Sadikin, pernah ditampar karena melakukan kesalahan  terkait kebijakan beliau dahulu.

Luar biasa. Lalu, anda akan bilang orang kasar tak mampu jadi pemimpin?

Tapi Ahok sudah memberi pengaruh buruk untuk anak-anak kita!

Baiklah. Semua tahu kalau kata-kata makian yang dikecam banyak orang itu sebenarnya telah sering tayang dalam berbagai rupa di media televisi kita. Macam-macam kemasannya. Lihatlah acara-acaranya saat ini. Sarat konsep yang melecehkan akal sehat, dialog memaki, adegan tampar menampar hingga hinaan yang jadi lawakan. Namun, justru ratingnya itu paling tinggi.

Yang menggelikan, Komisi Penyiaran Indonesia dan Tantowi Yahya misuh-misuh mengecam Ahok, beralasan gaya bahasa buruk Ahok rentan ditiru khayalak, terutama anak-anak dan remaja (www.tempo.co.id tertanggal 23 Maret 2015: Akibat Siaran Langsung Ahok, Kompas TV Kena Sanksi KPI dan www.gatra.com tertanggal 19 Maret 2015: Tantowi: Gaya Bicara Ahok Yang Kasar Bisa Ditiru Anak Anak).

Loh, di mana KPI selama ini saat sinetron-sinetron yang kampungan itu tayang? Tantowi Yahya sedang apa saat rekan-rekannya, sesama anggota dewan yang terhormat memaki-maki Ahok saat sidang mediasi APBD DKI 2015? Kecaman mereka itu jadi lawakan karena seperti "menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri."

Terus terang, saya merasa terhina. Apakah begitu dungunya saya hingga tak mampu menjalankan tugas sebagai orangtua untuk memberi penjelasan kepada anak-anak saya mengenai semua hal yang tak patut ditiru dari media televisi? Itu sudah jadi beban saya kok sedari dulu karena selama ini tayangan-tayangan di TV Nasional itu nyaris berupa sampah semuanya!

Saya gatal untuk berkomentar bahwa masyarakat memang memiliki double standard. Di satu sisi, kita menikmati berbagai adegan tak santun di media televisi. Di sisi lain, tak mau terima kalau ada pemimpin yang suka memaki. Kita lebih menghargai pemimpin yang santun dengan tutur kata manis. Masalah kalau itu hanya pencitraan, tak apalah. Masalah kalau di balik senyum manis itu, ada tangannya yang merampok, tak apa-apa juga. Aneh.

Saya curiga kita ini sebenarnya kumpulan orang-orang hipokrit. Menggemari sangat pemimpin yang piawai berbahasa sopan. Bertutur kata halus. Kalau perlu, dibumbui petuah-petuah keagamaan. Enak didengar telinga. Untuk kita, itulah definisi pemimpin yang baik. Titik. Urusan sikap moralnya? Ah, itu masalah belakangan.


Ada yang salah sepertinya dengan kita....


werdhapura sanur.
dua puluh tiga maret.
Catatan saya, yang ber-KTP DKI

Comments

Leo Agustino said…
tulisan yang bagus mba..di saat acara televisi yang sudah makin ngawur didiamkan bertahun-tahun, lalu muncul kata kotor dari seorang yg hebat dan KPI bertindak bak pahlawan kemaleman...ah gak trendi banget...maju terus AHOK!
Lady Avezya said…
Sharp, clear and bulls eye! Am your new fan!
Anonymous said…
Artikel cerdas hanya utk di baca dan di mengerti oleh orang cerdas.. Saya pribadi setuju dengan tulisan dalam artikel ini.
Anonymous said…
Mantab... saya suka tulisan yang cerdas seperti ini.
Anonymous said…
Kalau saya ya pilih yang BERMORAL DAN SANTUN. Kalau orang diarahkan pada logika hanya ada 2 pilihan: santun tapi ngga bermoral atau bermoral tapi ngga santun, ya jelas ada yg salah dg logika kita..
Anonymous said…
Jadi lebih milih yang sopan santun tapi tidak ada moralnya di banding yang kurang bersopan santun tapi bermoral?
Gimana indonesia mau maju kalau masih ada pemikiran seperti ini. Selama itu benar kenapa tidak, dari pada yang sok bersopan santun tapi merusak
davidtambun_ said…
Bingung mau komen apa euy...
Hehehehe...
Good topic..
Wong Bali said…
Ntar semua orang kalau harus wajib santun bisa seperti ini.
Kalau ada begal atau rampok sambil nodong terus ngomong "mas, aku suka deh sama arlojimu, sini masukin ke kantong" , atau "mbak I like dompetmu terutama isinya, saya minta baik baik lho. Santun nih".....
Santun yang tidak pada tempatnya 😬😬😬😬😬
ole said…
Shots Fired :D
Unknown said…
bagus Bu commentnya.....membedakan arti Etiket dan Etika...
Untuk kita renungkan ttg bolak-balik kata: marah- ramah-haram. Cocok juga ya jadinya sebagai kesadaran bersama. Ada kontradiksi, namun kembali substansi permasalahan yang paling menentukan. Ada yg mau menutupi dan pura2 tidak tahu. Dasar pembusukan politik.
christin said…
Terima kasih untuk semua commentnya. Saya terharu, hehehe. Senang sekali tahu bahwa ternyata masih banyak orang-orang yang se-ide. Memang banyak yang pro dan kontra namun karena kebenaran itu relatif, saya tak dapat menyalahkan yang berbeda pendapat. Tetapi saya optimis, selama orang-orang seperti anda semua ini masih ada, negeri ini pasti bisa jadi lebih baik. Terima kasih sekali lagi sudah berkenan mampir untuk membaca. Salam
Unknown said…
Cerdas mba, isi pemikiran yg menarik saya pribadi setuju...tp semua itu bakal berbeda kalau yg baca seorang fundamentalis dan sayangnya banyak sekali di Indonesia. Keep up a good work.
Anonymous said…
Wow. Good topic. Dan saya sangat setuju dengan artikel ini. Good job
Anonymous said…
Cakep ,,,,uda lama banget ga baca artikel yg berbobot,,,keep up the good work!!!
Anonymous said…
Ahok si kasar yg pengen bantu kearah yang baik supaya semua kita sederajat dan hidup layak, km tolak dengan berbagai alasan.
Pemimpin busuk yang tak ubahnya preman, mengambil uang pajakmu, membuat hidupmu menderita, hanya dengan embel" agama, kamu mau diperbudak dan hidup penuh kekuatiran.
Ironis.
Fakta tentang neraka setelah mati membuatmu bodoh, padahal kamu secara tidak sadar sudah membuat neraka kecilmu sendiri di dunia..
Anonymous said…
Pilih yg mana???
Santun tp jadi penjahat,ato kasar tp jd pahlawan????
Unknown said…
Saya salut dgn keberanian dan perjuangan Ahok. Namun kita jg jgn lupa bahwa salah satu beban sbg pemimpin adalah menjadi contoh bagi yg dipimpin. Jgn sampai berbuat baik dan benar menjadi pembenaran utk berkata dan bersikap kasar. Saya jg setuju bahwa konten acara TV kita bnyak yg tdk mendidik, dan tidak perlu rasanya kita menambah deretan acara yg tdk patut. Alangkah baiknya jika 'image' arogan dan kasar trsebut diganti dengan tegas, berani, namun santun. Dgn bgitu saya yakin beliau bs lebih sukses. Salam.
Unknown said…
Artikel yg bagus dan menarik. Izin share yah, thx.
Anonymous said…
Ahok hanya mengungkapkan isi hatinya yg paling dalam ,bahwa ini loh kalian masyrakat jakarta lihat uang pajak yg kalian bayar seharusnya kalian nikmati bertahun tahun tapi dipergunakan tdk tepat sasaran hanya membuat sebagian org kaya menjadi kaya ,yg miskin tambah miskin kita tdk boleh menutup mata kita harus dukung ahok benar adalah benar ,salah tetap lah salah jangan terpengaruh opini opini yg negative kita mudah percaya tetapi yg baik dan benar lah yg harus kita bela dan dukung maju lah kebenaran !
Anonymous said…
Hidup Gusdur..hidup Ahok..gitu saja kok repot
Anonymous said…
Setuju dengan mba Christin, saya yg ber iq pas pas an aja dengan mudah memahami apa yg ditulis. Seharusnya para petinggi2 yg konon berpendidikan tinggi dan golongan "elite" yg merupakan perwakilan rakyat lebih paham lagi mengenai moral dan etika, tolong search di google arti kata moral dan etika, jgn malah browsing situs 18th++ .
Anonymous said…
Semoga dikemudian hari akan menjadikan perbaikan dengan adanya orang2 yang benar benar jujur dan bersih, berani bertindak..... apapun tantangannya
Sehingga negara kita jadi semakin baik,......
Sudah terlalu lama keburukan yang tertimbun di negri ini
Anonymous said…
Setuju mbak, lebih baik kasar, blak-blakan, tp ga nyimpen, jujur, berMORAL tentunya. DRPD sopan, santun, tp main belakang, menjatuhkan, merampok... itu namanya PENGHIANAT. MENGAKU MEMBELA KEPENTINGAN RAKYAT, NYATANYA MERAMPOK UANG RAKYAT, DEMI KEPENTINGAN PRIBADI / GOLONGAN
christin said…
Salam kenal semuanya. Terima kasih telah berkenan membaca dan men-share tulisan ini. Terima kasih juga untuk semua comment2 yang mendukung. Semoga ke depannya, birokrasi pemerintahan kita akan menjadi lebih bersih dan bebas korupsi pastinya. Salam.
arkosaso said…
love it..*JEMPOL GUEDE*....
Anonymous said…
Memang artikelnya bagus. Tapi yg kata2nya kasar bukan cuma ahok, mbak. Dprd DKI juga. Banyak sinetron juga yg suka maki2. Kenapa mbak gak kritisi juga? Orang cerdas memang komen nya juga cerdas. Tapi cerdas bisa jadi licik kalo tujuannya tidak baik. Selain cerdas kita juga harus bijaksana. Jadi kita bisa memberi saran secara obyektif. terima kasih.
Dewo said…
Tulisan yang baik dan tajam, mengajak kita merenung
Anonymous said…
Ini yang saya suka sama orang2 yang pro Ahok (lebih tepatnya pro usaha untuk pemerintahan bersih) karena mereka melihat dan menganalisa dengan cerdas dan obyektif..

kalau Haters itu kelihatannya apapun yang dilakukan selalu salah tanpa mau mendengarkan.. udah jelas pembangunan dan birokrasi diperbaiki dimana2, masih dibilang ngga kerja.. udah jelas dia fight buat rakyat masih dibilang banyak bacot dan ga santun.. selalu salah..

Artikel bagus mbak
Anonymous said…
Sy sebagai Kristiani tidak heran karena jaman dahulu para "umat beragama" lebih memilih untuk menyalibkan Yesus walaupun dia tidak bersalah dan memilih Barabas seorang perampok dan pembunuh, hal yang sama akan terus terulang sepanjang jaman bahkan bertambah parah karena itulah tanda-tanda akhir jaman.
Anonymous said…
Setuju dengan kak Christin, memang sepertinya ada kemunafikan.
Saya sebagai orang awam politik mengakui Pak Ahok punya karakter bicara blak-blakan yang jatuh-jatuhnya kasar atau tidak enak didengar. Tapi makna dan intisari perkataan beliau lah yang berarti.

Banyak orang membenci dia, saya yakin, bukan alasan karena cara bicara beliau saja. Tapi karena beliau dari ras keturunan tertentu dan dari agama tertentu.

Pertanyaan bagi mereka yg dalam hatinya tidak suka pada Pak Ahok karena hal ini, apakah seorang Ahok tidak layak menjadi pemimpin DKI ketimbang orang yang tidak berlatar belakang seperti dia NAMUN mampu melakukan korupsi yg merugikan rakyat?

Kapan bangsa ini akan maju...

Unknown said…
Sbnr-nya nggk ada yg salah dg Ahok. Ahok ngomong apa ada-nya, cm masyarakat kita bnyk yg munafik.
Willy said…
smart article, written by a smart woman..

Bagi saya Ahok punya karakter ini:
"i say what i think, and i do what i say"

gak jaman lagi ber ethok2 muter sana muter sini..
fakta dlm keseharian kita, banyak maling motor, maling ayam, dll dibakar massa..
utk para koruptor munafik gak perlu santun2 lah..

Anonymous said…
pemikiran anda jitu.
tambahan dari saya,
bagi anda semua yang menganggap Ahok bicaranya kasar,
seandainya Rumah anda akan dimasuki gerombolan maling dan anda hanya sendirian. masihkah anda akan sopan menghadapi gerombolan maling tersebut?
Renungkanlah.

Setiap melihat gaya bicara AHOK saya hanya mengingat SOE HOK GIE.
keras & tak pernah takut menunjuk hidung dalam mengkritik.

maka pak AHOK ingat : "LEBIH BAIK DIASINGKAN DARIPADA MENYERAH PADA KEMUNAFIKAN." (SOE HOK GIE)
Anonymous said…
good post,lebih baik pintar bermain logika daripada pintar bermain kata,hargai orang yang berusaha bukan yang hanya bicara
iptv6k said…
kata2nya sang at berbobot..
Dan sangat menarik.. loh
Lina said…
komen saya thdp tulisan Anda di tempat lain.

1. Beliau menganggap ahok berada dalam konteks moral yang benar..itu sah2 saja, kesalahan pola pikir beliau terletak pada tidak adanya usaha untuk mencari informasi apakah Ahok memasukkan anggaran yang benar2 bersih dari pembegalan/korupsi. Faktanya RAPBD yang dimasukkan ahok pun penuh dengan pembegalan anggaran sehingga banyak dicoret dan minta direvisi oleh Kemendagri. Sementara sampai sekarang, ahok tidak mampu membuktikan nilai 12.1 T yang dituduhkan kepada DPRD olehnya selain hanya masalah UPS yang hanya 300M.

Pertanyaannya: Bermoral baikkah seseorang jika dia menuduh 1 institusi pemerintah (krn tidak sebut nama) korupsi/begal/maling padahal dia tidak mempunyai informasi jelas siapa pelakunya, bahkan sebelum proses hukum dimulai.

Bermoral baikkah seseorang itu jika apa yang dia tuduhkan kepada orang lain ternyata pun terjadi dalam tindakan dia sendiri? Munafik!

2. Orang tua sudah mengetahui acara2 yang tidak jelas di TV dan tidak memutar acara tersebut, menyangka acara talkshow yang melibatkan seorang yang "terhormat" isinya berkualitas, ternyata ketika ditonton bahasanya sampah semua, yang salah ortu atau stasiun TV atau yang mengeluarkan bahasa sampah? Mungkin si penulis blog ini lupa bahwa pemimpin punya tugas memberi contoh menggunakan bahasa yang baik di forum2 resmi.

3. Penulis Blog ini menuduh orang yang gak suka dengan cara ahok = mentolerir maling santun...Faktanya adalah semua orang dituntut untuk sopan santun, masalah apakah dia maling atau tidak tidak boleh dilekatkan kecuali ada bukti keras..kalau tidak, sungguh berdosa kita menuduh orang sesuatu yang kita tidak benar2 tau..itu jadi fitnah.
adji said…
Siiip !!!!!!!
Memang saat ini kita butuh sosok pemimpin model gini, dimana kemunafikan sudah merajalela, dengan sengan sembunyi dibalik topeng suku, agama, ras
Anonymous said…
Nice....
Mohon minta ijin share ya....
Thanks
Anonymous said…
kalau 'saya' sebagai penulis bisa melihat lebih baik lagi, maka tulisan seperti ini gak perlu diposting.
thomy said…
saya suka bagian ini "Terus terang, saya merasa terhina. Apakah begitu dungunya saya hingga tak mampu menjalankan tugas sebagai orangtua untuk memberi penjelasan kepada anak-anak saya mengenai semua hal yang tak patut ditiru dari media televisi? Itu sudah jadi beban saya kok sedari dulu karena selama ini tayangan-tayangan di TV Nasional itu nyaris berupa sampah semuanya!
Unknown said…
Salam kenal mbak :) saya setuju dengan tulisan di atas. Saya pernah nulis soal sikap Ahok yg "gemar" marah-marah. Kali ini sampai menumpahkan segala kekesalannya di ruang publik. Namun, saya menemukan satu sisi yang saya tidak jumpai pada pejabat-pejabat. Marah, memaki kasar, meluapkan emosi pada ketidakadilan. Justru hal ini mengatakan pada saya akan keseriusan Ahok bekerja. Ia bekerja dengan "hati". Ia mencintai apa yg dilakukannya. Justru pemimpin yg cengengesan, tertawa, diam, jaga image, cari aman, duduk di zona nyaman, berbaur dengan perampok-perampok ketika berjumpa dengan ketidakadilan dan kecurangan, perlu dipertanyakan apakah ia benar-benar mencintai keadilan dan kebenaran itu sendiri.
Anonymous said…
Menurut saya, Pak Ahok bukan orang yang suka marah2, jika semua yang merupakan tim dalam menjalankan pemerintahan di DKI tetap bekerja dalam jalur yang benar (parameter hasilnya, menurut saya, minimal: kebutuhan primer, sekunder masyarakat terpenuhi). Jadi tidaklah relevan jika ada yang mengatakan 'harusnya pemimpin itu bermoral tapi juga santun'. Semut diinjak juga menggigit. Pemimpin punya program bagus, kalo diganggu sama tikus2, siapa yang tidak berang. Dan masalahnya, ini lebih hebat lagi, temannya yang diinjak, semut ini yang berang (marah karena membela kebutuhan orang lain). Dan pembahasan masalah sikap ini (jika kita sudah mengerti siap beliau) menjadi kurang substansial (bahkan bisa menjadi pengalih perhatian, yang dipakai pihak-pihak yg tidak bertanggung jawab, dari hal yang lebih substansial). Untuk kita yang mengerti dengan sikap beliau, ada hal yang lain menurut saya lebih substansial, yakni bagaimana cara kita mem-backup beliau (secara hukum, dll) dari pihak-pihak yang memakai segala macam cara untuk menyerang beliau karena kepentingan kelompok mereka.
Anonymous said…
Belum terbukti siapa dia sebenarnya. Jadi terlalu jangan cepat memihak dan tergiring sebuah opini. Saat dia mulai terlibat politik, apakah dia memakai cara yg bersih? I dont think so.
Anonymous said…
Pada dasarnya hrs seimbang jg. Ahok memang berjuang demi rakyat, lebih baik lg kalau dia bisa kontrol emosi. Keliatannya Ahok memang darah tinggi ya? Yah manusia emang tak ada yg sempurna, tp tidak menutup kemungknan kalau manusia mau berevolusi jd manusia yg lbh baik setiap harinya. Selamat berjuang lah Ahok and keep your cool?
Anonymous said…
tapi sayangnya di indonesia belum ada pilihan itu, yang bermoral dan santun.
christin said…
Terima kasih untuk semua comment yg mendukung. Terima kasih juga untuk yang tak setuju karena memang kebenaran itu tak mutlak. Apa yang saya tulis, mungkin masih berupa kebenaran dalam tingkat indra. Seperti kata Pramoedya, realitas bukanlah kebenaran itu sendiri, melainkan setitik proses menuju kebenaran. Karena itu, semoga saja tulisan ini dan semua comment2 yang telah berkenan ditulis akan menjadi bagian dari proses sebuah pembuktian kebenaran. Terima kasih sekali lagi sudah mampir di blog saya. Salam hangat.
Unknown said…
sangat cerdas...
Jim Sihombing said…
yang keren adalah santun tapi korup
Anonymous said…
Pembahasan yang bagus, mbak. Saya warga bandung tapi senang liat kinerja ahok. Saya suka karakternya yg berani benar. Walau terkadang banyak yg suka membandingkan ahok dg pemimpin daerah yg lain, spt Ridwan Kamil, Ahmad Heryawan, maupun Tri Rismaharini. Klo menurut saya, ahok sedang berhadapan dg mafia dan perusak negara yang berkedok peci, agama, dan kesantunan yang palsu. Sangatlah berbeda dg pemimpin daerah yg saya senutkan diatas.
Kalau saja orang DPRD itu santun, mereka sudah tau apa yg baik untuk daerah yg sedang mereka tangani. Tapi ini malah berlaku sebaliknya, menentang terang2an sampai harus dibuka di media ttg kasus UPS oleh ahok. Sudah pasti masih banyak lagi kasus2 yg orang2 santun itu lakukan diperiode sebelumnya.
Yang saya herankan, kenapa masih banyak masyarakat yg senang dan mengagungkan kemunafikan, kepalsuan dan kenaifan, sampai rela uang2 pajak itu masuk ke kantong mereka dg sukarela?? Malah ahok yg dihujat karena masalah kosa kata dan tidak santun. #tanyakenapa
(Gieta)
Anonymous said…
Pembahasan yang bagus, mbak. Saya warga bandung tapi senang liat kinerja ahok. Saya suka karakternya yg berani benar. Walau terkadang banyak yg suka membandingkan ahok dg pemimpin daerah yg lain, spt Ridwan Kamil, Ahmad Heryawan, maupun Tri Rismaharini. Klo menurut saya, ahok sedang berhadapan dg mafia dan perusak negara yang berkedok peci, agama, dan kesantunan yang palsu. Sangatlah berbeda dg pemimpin daerah yg saya senutkan diatas.
Kalau saja orang DPRD itu santun, mereka sudah tau apa yg baik untuk daerah yg sedang mereka tangani. Tapi ini malah berlaku sebaliknya, menentang terang2an sampai harus dibuka di media ttg kasus UPS oleh ahok. Sudah pasti masih banyak lagi kasus2 yg orang2 santun itu lakukan diperiode sebelumnya.
Yang saya herankan, kenapa masih banyak masyarakat yg senang dan mengagungkan kemunafikan, kepalsuan dan kenaifan, sampai rela uang2 pajak itu masuk ke kantong mereka dg sukarela?? Malah ahok yg dihujat karena masalah kosa kata dan tidak santun. #tanyakenapa
(Gieta)
Unknown said…
Terima kasih atas tulisannya yang mencerahkan. Terlalu banyak sudah dikita yang munafik, berkedok agama, berkedok sopan santun, dan berkedok lainnya. Yang pasti mereka itu memiliki normal moral bejad.
Anonymous said…
Kalau Ahok adalah seorang tukang sapu jalan yang tekun menjalankan profesinya, menyapu jalan sambil membentak semua orang yang melempar sampah ke jalan dengan sengaja, atau mengumpat kasar pada sampah yang diterbangkan angin, apakah ada yang membenarkan 'badmouthing'nya itu?

Popular Posts